Riau Book - Gajah-gajah yang bertarung, pelanduk yang mati terjepit. Itulah nasib 63 pekerja pasukan oranye Jakarta Pusat yang dihukum skorsing dari tugasnya sebagai pegawai harian Badan Air Dinas Kebersihan DKI. Mereka tak akan menerima gaji hingga Desember 2016 saat masa kontraknya berakhir.

Mereka diminta membentangkan spanduk kampanye pasangan Agus Yudhoyono-Sylviana Murni lalu difoto dan disebar ke media sosial.

Mereka ini orang kecil. Sebagian besar dulunya adalah penganggur-penganggur di ibukota yang diberdayakan pemerintah zaman Gubernur Basuki. Gaji minimal 3,1 juta rupiah dengan tunjangan BPJS, pendidikan anak dan tempat tinggal. Dengan jaminan itulah mereka bisa tenang bekerja.

Dulu, Jakarta juga punya pasukan pembersih kota. Jumlahnya puluhan ribu. Gajinya sedikitnya 2,7 juta yang dibayarkan lewat koordinator kelompok. Belakangan terungkap, yang sampai ke tangan mereka tak pernah utuh seperti di daftar gaji. Sebagian menerima hanya 600 ribu rupiah setiap bulan. Bahkan tak sedikit nama di daftar pegawai dan rutin menerima gaji adalah nama fiktif belaka.

Lalu Basuki datang, tahu faktanya, dan berang. Ia merombak semuanya. Gaji dinaikkan, dibayarkan langsung ke ATM yang kartunya dipegang setiap orang. Dengan itulah mereka bekerja sepeneh hati.

Pasukan oranye segera merebut hati warga ibukota. Mereka hadir di setiap waktu, di setiap pojok Jakarta. Dan kota ini pun berubah. Fakta-faktanya tak perlu lagi saya uraikan, bertebaran di mana-mana.

Mereka tak berpolitik. Tapi para gajah datang dan bertarung, lantas mengajak mereka ke gelanggang.

Sandiaga Uno pernah mengajak mereka berfoto di satu kunjungan ke kawasan Tebet, tapi anggota pasukan oranye menghindar.

Kali ini, senior mereka, seorang bekas koordinator yang pernah ditindak karena kerap memotong gaji orang-orang kecil ini, berhasil menggiring mereka untuk berpose dengan spanduk calon gubernur.

Klik. Klik. Tombol kamera dipencet, nasib mereka pun tergencet.

Sungguh, mereka ini hanya orang-orang kecil. Mungkin ada yang berhenti menjadi preman jalanan di Jakarta yang panas karena menemukan peluang untuk merenda kehidupan dan masa depan. Mimpi mereka kandas oleh satu ketukan kamera.

Semoga ada jalan keluarnya...

(dikutip dari FB Bang Tomi Lebang https://m.facebook.com/photo.php?fbid=10209231324274797&id=1072002562&set=a.1578568938769.83058.1072002562&source=57)

Follow News : Riau | Kampar | Siak | Pekanbaru | Inhu | Inhil | Bengkalis | Rohil | Meranti | Dumai | Kuansing | Pelalawan | Rohul | Berita Riau