RIAUBOOK.COM - Partai Nasional Demokrat (NasDem) akhir-akhir ini menutup suara soal nama-nama Capres 2024 yang diusulkan dan akan dipilihan saat Rakernas pada pertengahan Juni mendatang.
Terakhir Sekretaris Jenderal Partai NasDem Johnny G Plate di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (8/6/2022) mengatakan akan menetapkan empat nama yang akan diusung sebagai bakal calon Presiden (Capres).
"Hasil rekomendasi calon presiden hasil rakernas itu nanti akan sekitar tiga sampai empat calon presiden," katanya.
Sebanyak empat nama itu akan disampaikan kepada Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh untuk dikerucutkan menjadi satu calon. Tentunya, nama calon definitif dari NasDem akan dibicarakan bersama partai calon mitra koalisi.
"NasDem yang akan nanti menetapkan satu calon sekaligus calon itu dibicarakan bersama calon-calon mitra koalisi," kata Johnny.
Namun kali ini Johnny enggan membeberkan kemungkinan empat nama yang akan diputuskan dalam Rakernas.
Dia hanya menegaskan sosok tersebut harus negarawan dan dapat memastikan kontinuitas negeri berjalan dengan baik.
Namun pada momen-momen sebelumnya, sejumlah elite NasDem sempat membuka nama-nama Capres yang tengah digodok di internal partai.
Mereka adalah Gubernur DKI Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Menhan Prabowo Subianto, serta Panglima Jenderal TNI Andika Perkasa.
Seperti diungkapkan, bahwa NasDem telah menetapkan ciri-ciri calon presiden dambaan, yakni negarawan sejati dan pemersatu bangsa yang mampu memastikan kontinuitas negeri berjalan dengan baik.
Anies Baswedan
Gubernur DKI Jakarta satu ini memang elektabilitas dan popularitasnya sedang mengalami kenaikan signifikan usai gelaran Formula-E.
Dari awalnya Anies berada pada urutan ketiga di bawah Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo dengan persentase rata-rata 18 persen, sekarang setelah ajang Formula-E dilaporkan elektabilitas dan popularitasnya meningkat dan mampu menyalip dua rivalnya.
Meski saat ini elektabilitasnya tertinggi di sejumlah lembaga survei, namun Anies memiliki catatan masa lalu yang diprediksi akan menyulitkan dirinya untuk merangkul suara lebih tinggi.
Politik identitas saat merebut kursi jabatan Gubernur DKI menjadi faktor kuat Anies kesulitan merangkul suara lawan politiknya terdahulu yang kerap disebut cebong.
Gaya politik dengan pola pembelahan itu menurut sejumlah pengamat sangat berbahaya dan berpotensi memecah belah bangsa.
Prabowo Subianto
Kondisi sama juga terjadi pada Prabowo Subianto saat Pilpres 2019. Derasnya polarisasi membuat terbelahnya dukungan, perpecahan kian terasa dan membekas sampai saat ini.
Situasinya lebih kondusif ketika Ketua Umum Gerindra Prabowo kemudian memutuskan bergabung ke dalam kabinet pemerintahan Jokowi.
Sejak menjabat sebagai Menteri Pertahanan hingga saat ini, Prabowo kemudian lebih aktif menyuarakan pentingnya persatuan dan keutuhan perbedaan suku dan agama sebagai bagian dari kekuatan Pancasila.
Ganjar Pranowo
Lahir dari kader moncong putih tentu membuat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo secara otomatis menjadi bagian dari kelompok yang terbelah saat politik identitas lalu.
Pengamat mengungkap Ganjar diyakini juga akan sangat kesulitan untuk merebut suara di luar Jawa Tengah dan Jawa Timur yang identik dengan warna yang berbeda atau disebut Kadrun.
Sekalipun terdapat wacana untuk menyatukan Ganjar dengan Anies sebagai Capres dan Cawapres, pengamat mengungkap hal itu tidak cukup kuat untuk menyatukan kedua kubu baik cebong maupun kadrun.
"Ibarat air dan minyak, tidak akan mungkin disatukan meski merknya dilebur jadi satu," katanya.
Andika Perkasa
Satu-satunya capres yang berada dalam daftar NasDem dan memiliki ciri-ciri kuat sebagai sosok negarawan sejati dan pemersatu bangsa yang mampu memastikan kontinuitas negeri berjalan dengan baik adalah Jenderal Andika Perkasa.
Pengamat mengungkap Andika merupakan sosok Panglima TNI yang memiliki jiwa bernegara yang tinggi, penuh pengalaman.
Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo sebelumnya sempat memuji Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa yang selalu melampaui harapannya.
Menurut Gatot, Andika yang merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1987 itu mempunyai kelebihan dalam mengemban tugas dengan hasil lebih dari yang diminta.
"Beliau menyelesaikan dengan baik melebihi dari yang saya berikan kepada yang lainnya. Saya nggak perlu menyampaikan secara detail, tetapi saya sebagai pimpinan memberikan tugas kepada seseorang apabila dia bisa menyelesaikan tugas melebihi dari apa yang saya harapkan, saya pikir itu kompetensi yang sangat luar biasa," kata Gatot.
Pakar militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, awalnya menilai pujian Gatot merupakan dinilai bentuk kekompakan TNI meski ada sejumlah 'gerbong'.
"Gatot bukan satu-satunya senior yang memuji Andika. Ada banyak tokoh yang bahkan sejak awal sudah menyatakan dukungan untuk Andika. Misalnya Pak TB Hasanuddin," kata Fahmi. (rb/net)
Golkar Riau Akan Dipimpin Seorang Pejuang, Bukan Petarung
Goresan; Nofri Andri Yulan, S.Pi (Generasi Muda Partai Golkar)1. PI (Parisman Ikhwan) didukung penuh oleh Ketua DPD I Partai Golkar…