RIAUBOOK.COM - Managemen 'gemuk' PT Bumi Siak Pusako (BSP) akibat banyaknya karyawan 'titipan' turut menjadi perhatian para tokoh masyarakat yang tergabung dalam Forum Tokoh Etnis (FTE) Riau, selain juga masalah gangguan opreasional BUMD itu akibat 'kasys pipeline congeal' atau kebocoran dan penyumbatan pipa transfusi minyak bumi ke tangki penimbunan yang merugikan negara dan daerah.

"Dari dulu BSP ini managemennya terlalu 'gemuk', terlalu banyak personil atau pegawainya. Kondisi ini sudah dari dulu dan sudah pernah kita diskusikan juga masalah itu namun tetap ambiguitas," kata Tokoh FTE yang juga Ketua Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKPMR), DR.drh.H. Chaidir lewat telekomunikasi, Selasa (26/3/2024).

Menurut Chaidir, manageme 'gemuk' BSP akibat banyaknya karyawan titipan yang pada akhirnya menjadi beban perusahaan dalam meningkatkan laba atau keuntungan.

"Dari dulu kita sudah ingatkan, jangan anak-anak kita dititipkan di BUMD seperti BSP jika tidak memiliki kompetensi, karena ini bisnis yang harus menguntungkan bagi rakyat Riau. Kalau sudah 'gemuk' dan diisi orang-orang titipan yang tidak profesional atau tidak sesuai dengan kebutuhan, tentu itu yang menjadi masalah hari ini," katanya.

Menurut Chaidir problem managemen 'gemuk' BSP perlu diseriusi dan BUMD ini perlu audit manajemen secara keseluruhan sehingga ada perbaikan kedepannya.

"Seperti apa manajemen BSP itu untuk mengelola ladang minyak kita ini, dan sebesar apa organisasinya," kata dia.

'Kasys Pipeline Congeal'

Terkait 'kasys pipeline congeal' atau penyumbatan dan kebocoran pada pipa transfusi minyak bumi, Chaidir berharap BSP segera menyelesaikan masalah tersebut agar tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi.

"Saya mendapat informasi jika mereka (BSP) sudah melakukan kajian untuk meminimalisasi masalah-masalah, termasuk perbaikan atau penggantian pipa minyak yang memang menjadi alat transfusi 'darah ke jantung'," kata dia.

Melihat kondisi pipa minyak yang sudah sangat tua, demikian Chaidir, sebaiknya BSP harus ekstra hati-hati dan terus memonitor aset agar tidak terjadi gangguan yang berlarut.

"Salah-salah ini bisa menimulkan masalah besar. Makanya perlu dilakukan kajian bagaimana persoalan yang sama jangan sampai terulang," katanya.

Pertahankan Laba

Chaidir mengungkap, sejak dikelola penuh seratus persen oleh BSP pada tahun 2022, CPP Block memang seharusnya bisa memberikan kontribusi besar bagi negara dan daerah.

"Menurut saya ini kan sesuatu yang bagus bagi daerah, hanya memang menjadi tugas berat bagi kita untuk mempertahankan kinerja pada industri perminyakan di CPP Block. Jika bicara penurunan produksi, memang alamiah jika produksi migas menurut dan di mana-mana wilayah kerja produksi minyak pasti menurun.

Tapi kita harapkan CPP Block ini bisa dikelola dengan baik sehingga tetap memberikan kontribusi maksimal bagi negara maupun daerah," kata Tokoh Melayu ini.

Kemudian jika dikaitkan dengan masalah pipa milik BSP yang bocor di wilayah Zamrud, demikian Chaidir, kedepan sebaiknya jangan sampai terulang, meski diketahui pipa-pipa minyak itu memang umurnya sudah sangat tua dan membutuhkan perawatan yang lebih maksimal.

"Pipa yang ada sekarang itu kan sudah tua ya, peninggalan Caltex atau Chevron, sehingga memang sangat rentan terjadi penyumbatan atau kerusakan yang kemudian menimbulkan kerugian," katanya.

Kendati demikian, Chaidir mengungkap apresiasi kepada BSP yang sebelumnya pada 2023 mampu memberikan kontribusi laba sangat besar, sekitar Rp381 miliar.

"Info yang saya dapat, tahun 2024 ini kabarnya laba BSP lebih besar lagi. Ini patut kita apresiasi terlepas adanya masalah-masalah yang saat ini sedang dihadapi BSP," kata Chaidir. (fzr)