RIAUBOOK.COM - Reformasi Energi Riau (RER) menyoroti bencana banjir yang terjadi di sejumlah wilayah Riau akibat hujan yang terus menerus juga memberi dampak buruk bagi industri migas.

"Jika kawasan ekplorasi dan eksploitasi migas terendam, jalan-jalan di wilayah operasi juga kebanjiran, maka dampaknya juga akan mengurangi lifting atau daya hasil minyak bumi," kata Direktur Eksekutif RER, Nasir Day kepada pers di Pekanbaru, Kamis (11/1/2024).

Menurut Nasir Day, Provinsi Riau sampai hari ini masih merupakan daerah dengan sumber minyak fosil terbesar nasional, setiap tahun menghasilkan puluhan juta barel.

"Hujan yang mengakibatkan banjir di mana-mana sejak sebulan terakhir, tentu akan memengaruhi produksi migas di Riau," katanya.

Namun Nasir Day meyakini, bahwa setiap operator migas di Riau bekerja secara profesional termasuk juga mempertimbangkan prakiraan cuaca.

Menurut dia, jika cuaca buruk atau hujan terus menerus, maka operasi menjadi tidak maksimal, termasuk target-target pengeboran dan peningkatan lifting juga akan terganggu.

"Lebih parah lagi kalau terjadi konjel dimana aliran minyak tidak dapat mengalir malalui pipa akibat pembekuan dan kerusakan lainnya," katanya.

Dengan berbagai potensi itu, demikian Nasir, diharapkan seluruh operator migas di Riau dapat bekerja maksimal dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan buruk yang memang dapat mengurangi produksi migas.

Nasir Day meminta pemerintah dan masyarakat dapat memahami situasi tersebut sehingga ketika terjadi penurunan terhadap lifting minyak fosil di Riau, hal itu adalah dampak dari cuaca yang memang tidak mendukung operasi industri migas.

"Kedepan setelah cuaca kembali membaik, diharapkan seluruh operator migas di Riau dapat kembali bekerja maksimal dan dapat meningkatkan produksi minyak fosil dari lapangan-lapangan migas," katanya.

Hasilkan Jutaan Barel

Dari informasi yang berhasil dirangkum RER, pada tahun 2023 produksi minyak bumi dari berbagai operator migas di Riau mencapai lebih 70 juta barel, dimana PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) menjadi penyumbang terbesar.

PHR mencatatkan produksi siap jual atau lifting migashingga akhir tahun di wilayah kerja (WK) Rkanmencapai sebesar 59 juta barel sepanjang 2023.

Pencapaian ini merupakan sebuah peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya di 57,3 juta barel.

Lifting terakhir pada akhir tahun 2023 melengkapi rata-rata produksi harian sekitar 162.000 barel minyak per hari (BOPD).