PERANG Rusia 'versus' Ukraina baik menjadi gambaran masa depan bangsa, pilihannya ada pada rakyat: "Pemimpin dagelan atau super power?"
Tidak dipungkiri, kekuatan atau 'power' yang begitu besar saat ini dimiliki oleh Rusia. Hal itu tidak lepas dari kepala negaranya yang memiliki latar belakang militer.
Putin merupakan pemimpin Rusia yang sepanjang karirnya diabdikan sebagai anggota Komite Keamanan Negara atau
Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti (KGB), yang merupakan badan intelijen Uni Soviet.
Sejak tahun 1999 hingga 2000 Putin menjabat sebagai Perdana Menteri dan baru menjadi Presiden pada tahun 2000 sampai 2008. Dia kembali menjadi Perdana Menteri dari 2008 sampai 2012 dan berlanjut menjadi Presiden hingga saat ini.
Pada masa kepemimpinan Putin, Rusia berkembang pesat sebagai satu negara dengan kekuatan luar biasa yang memengaruhi kebijakan dunia.
Majalah TIME sebelumnya juga menyebut VladimirVladimirovich Putin sebagai 'Person of the Year'.
Pria bermata biru dengan tatapan dingin ini mengalahkan popularitas Al Gore, George W.Bush dan JK Rowling. TIME menyebut Putin sebagai "Tsar of the New Russia".
Di bawah kepemimpinan Putin, Rusia mengalami kemajuan yang signifikan. Perekonomian negeri Beruang Merah terus membaik, dan secara militer, Rusia kembali dipandang dunia internasional dengan obsesi Putin membentuk kutub baru berhadapan dengan Amerika Serikat.
Hutang Lunas
Pertumbuhan ekonomi Rusia kini mencapai 7 persen, melebihi rata-rata yang pernah dicapai selama tujuh atau delapan tahun sebelumnya. Seluruh hutang negeri itu dilunasinya.
Pertumbuhan pendapatan negeri ini berkisar di angka 12 persen, dengan sektor minyak dan gas menjadi kekuatan penopang utama.
Tak hanya pertumbuhan, pemerintah Rusia juga berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin. Maka tak heran, sejak 2001, laporan tahunan Bank Dunia soal Rusia berisikan pujian.
Di bawah kepemimpinan Putin, Rusia menjadi gudang persenjataan perusak massal terbesar di dunia dan persenjataan nuklir mematikan.
Ditambah lagi kekayaan minyak di negara yang dipimpin Putin itu menduduki peringkat kedua terbesar di dunia setelah Arab Saudi.
Putin juga memainkan peran penting di Timur Tengah terkait keseimbangan pengaruh Amerika Serikat (AS) dan Rusia.
Bagaimana Ukraina?
Saat ini Ukraina dipandang sebagai negara labil. Hal itu terjadi setelah Pemilu Ukraina pada 2019 malah memenangkan seorang aktor dan komedian bernama Volodymyr Zelensky.
Selama kepemimpinan Zelensky, Ukraina tidak menunjukkan perkembangan, baik segi politik maupun ekonomi.
Ukraina merupakan negara termiskin di Eropa. Dikutip dari data Bank Dunia, PDB per kapita Ukraina adalah sebesar 3.724 dollar AS atau setara dengan Rp 53.380.000 (kurs Rp 14.300).
Jika menggunakan patokan PDB per kapita, Ukraina memang berada di urutan pertama sebagai negara Eropa paling miskin. Sementara di urutan kedua negara Eropa paling miskin adalah Georgia dengan PDB per kapita sebesar 4.290.
"Ukraina dalam hal PDB per kapita, menjadi negara termiskin di Eropa bersama dengan Moldova, Armenia, dan Georgia," tulis laporan Bank Dunia berjudul 'Tapping Ukraine's Growth Potential'.
"Tingkat pertumbuhan ekonomi di Ukraina masih terlalu rendah untuk mengurangi kemiskinan dan mencapai tingkat pendapatan negara-negara tetangga Eropa," demikian isi dokumen itu.
Selama kepemimpinan Zelensky, Ukraina juga kerap memicu ketengan dengan tetangga besarnya, Rusia.
Ukraina yang belum mapan dalam sisi ekonomi maupun politik ditambah minimnya pengalaman seorang presiden komedian, membuat negara itu kian terancam.
Sejumlah wilayah bagian Ukraina terus melakukan pemberontakan untuk lepas dari kepemimpinan Zelensky dan bergabung bersama Putin.
Hubungan Rusia dan Ukraina memanas lagi sejak 2014. Kala itu muncul revolusi menentang supremasi Rusia.
Rusia pun akhirnya benar-benar menyerang Ukraina sejak Kamis (24/2/2022). Presiden Vladimir Putin mengumumkan operasi militer secara resmi.
Rusia mengklaim mengamankan Ukraina Timur, wilayah Donbass yang dikuasai milisi pemberontak.
Namun serangan Rusia kemudian membidik sejumlah kota di Ukraina Odessa, Kharkiv, Mariupol dan tentu saja Kyiv.
Sebenarnya, dulu Ukraina 'rapat' dengan Rusia. Namun pemimpin Ukraina yang sekarang lebih dekat ke Barat dan ingin menjadi bagian NATO, demikian laporan media Ukraina.
Padahal ketika Perang Dingin terjadi, sebelum 1990, orang-orang Ukraina dan Rusia bersatu dalam sebuah negara federasi bernama Uni Soviet. Negara komunis yang kuat di zaman itu.
Degalan 'versus' Super Power
Peperangan Ukraina dengan Rusia layaknya peperangan antara negara 'dagelan' melawan negara super power.
Dua negara itu memiliki perbedaan yang signifikan, seperti langit dan bumi. Kepemimpinan Zelensky dengan latar aktor komedian melawan sosok militer dengan pengalaman militer yang luat biasa.
Sejauh ini perang Ukraina 'versus', Rusia telah menelan banyak korban. Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) melaporkan hingga Mei 2022 sebanyak lebih 4.000 orang warga Ukraina tewas dan lebih 4 juta lainnya mengungsi.
Situasi di Ukraina kian mencekam setelah Rusia membombardir sejumlah kota di negara komedian, ekonomi negara itu pun kian terancam, kelaparan sudah melanda sejumlah wilayah.
Bagaimana Indonesia?
Perang Ukraina dan Rusia setidaknya menjadi gambaran jelas tentang pentingnya memilih pemimpin yang tepat.
Indonesia adalah negara kepulauan dengan kawasan maritim yang sebagian besar merupakan jalur lalu lintas internasional.
Ancaman-ancaman terus mengancam kedaulan negara. Salah satunya perairan Natuna yang mulai dilirik oleh China dan diklaim menjadi bagian negara itu.
Upaya perpecahan bangsa bahkan terus dilakukan oleh pihak-pihak luar demi menguatkan kepentingan mereka menguasai sumber daya alam negara.
Di tengah ancaman perang global yang semakin nyata, baiknya negara ini memahami sosok pemimpin yang dibutuhkan, kelak.
Pilpres 2024 menjadi penentu arah masa depan bangsa dan negara.
Ingin terus menjadi bangsa 'dagelan', atau menjadi negara super power?
Oleh Fazar Muhardi
Global Power Inginkan Orang Ini Jadi Presiden, Bukan Anies, Ganjar atau Prabowo
RIAUBOOK.COM - Elektabilitas Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto memang dalam lingkaran tiga besar sebagai Capres potensial 2024. …