Menggugat Gelar Kepahlawanan

Oleh : Andi Rony Saputra

Setiap tahun kita mengenang jasa para pahlawan, setiap tanggal 10 november kita mengenang sebuah sejarah besar bangsa indonesia, ketika tanggal tersebut pada 71 tahun silam, para pejuang kita bertempur mati-matian untuk melawan Belanda yang membonceng tentara sekutu di kota Surabaya.

Saat itu kita hanya mempunyai beberapa pucuk senjata api, selebihnya para pejuang menggunakan senjata khas pejuang bangsa Indonesia saat itu, bambu runcing, namun, para pejuang kita tak pernah gentar untuk melawan penjajah, kita akan selalu mengingat tokoh yang terkenal pada saat perjuangan itu yakni Bung Tomo yang mampu menyalakan semangat perjuangan rakyat lewat siaran-siaran melalui radio.

Tetap Merdeka!.

Kedaulatan Negara dan Bangsa Indonesia yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 akan kami pertahankan dengan soenggoeh-soenggoeh, penoeh tanggoeng djawab bersama, bersatoe, ikhlas berkorban dengan tekad

"Merdeka atau Mati!!!"

Sekali merdeka tetap merdeka!

Soerabaja, 9 November 1945

Bait per bait syair sumpah itulah yang di ucapkan oleh arek — arek suroboyo di markas Tentara Keamanan Rakyat ( TKR ), situasi tegang dan haru, ketika satu divisi pasukan Inggris telah merapat di pelabuhan Tanjung Perak, dan siap menyerbu masuk kota Surabaya dengan kekuatan penuh namun mereka mengucapkan sumpah tersebut tetap penuh dengan Khidmat.

Mereka tak tahu, dan tak mau tahu, bagaimana nasib mereka besok hari, yang ada hanya tekad "Merdeka atau Mati!", malam itu juga para pemuda bersenjata mengerahkan tenaga untuk membentuk benteng-benteng pertahanan dalam segala keterbatasan.

Bukan Amerika, Bukan tentara belanda , juga bukan PBB, tetapi laskar santri arek — arek suraboyo yang berhasil mencabik tentara sekutu inggris 10 november 1945 lalu, laskar santri pimpinan bung tomo ini lah yang pertama kali mempermalukan tentara sekutu inggris di kancah dunia dalam sejarah perang dunia.

Oleh sebab itu 10 november menjadi satu tanggal penting dalam sejarah bangsa indonesia, kalender bangsa indonesia berwarna merah tanggal 10 november ini di sekolah — sekolah pun di liburkan, namun seperti biasa tidak ada kesan apapun , tidak ada yang istimewah, semua serba habar, formal, hanya euforia dan seolah — olah di buat buat, hari pahlawan kini seperti tahun sebelumnya, hanya menjadi basa basi tanpa makna.

Tulisan ini tidak ada kaitannya dengan isu pemberian gelar pahlawan kepada tokoh tertentu, lewat tulisan ini kita perlu mempertanyakan, apa gunanya kitaa bicara soal gelar pahlawan?, apa manfaatnya pemberian gelar pahlawan bagi kehidupan rakyat indonesia?, Apa yang diteladani dari jejak — jejak orang yang di beri gelar pahlawan?, dan apa pentingnya merayakan hari pahlawan ?.

Indonesia adalah negara paling aneh di dunia, jika ada negara banyak jederalnya itulah indonesia, jika ada negara paling banyak pahlawannya , itupula indonesia, jika negara yang paling banyak mesjidnya, paling banyak ormas islamnya, sekaligus banyak korupsi nya , ya indonesia.

Kalau ada yang mengaku berketuhanan Yang Maha Esa , tetapi pemerintah mendukung kemusrikan, adalah indonesia, kalau ada negaranya yang berbondong — bondong untuk naik haji ke mekkah, belum lagi umroh, tetapi kondisi negerinya sering terjadi bencana alam, negara mana lagi kalau bukan indonesia.

Kalau ada negara yang aparat hukumnnya bekerja menjaga hukum sekaligus menjadi bandit hukum, ya indonesia juga. APBN 20% untuk sektor pendidikan , pada saat yang sama negara terus mengembangbiakkan kebodohan, kejahilian , ketidak pedulian, kekacauan persepsi, perpecahan politik, dan lain lain ya indonesia, kita menjadi negara teraneh di dunia.

Bangsa indonesia tidak perlu bicara soal pahlawan, tidak perlu membuat gelar pahlawan, tidak usah capek - capek mengangkat ini dan itu sebagai pahlawan, tidak penting menguras uang rakyat hanya untuk merayakan hari pahlawan secara formal dan terkesan basa - basi, semua perbuatan itu hanya akan menjadi sebuah kesia - siaan . mengapa demikian ???.

Apa artinya gelar pahlawan kalau rakyat indonesia tidak mengerti hakikat kemerdekaan dan kedaulatan, pahlawan berjasa bagi bangsa, khususnya dalam meraih kemerdekaan, lalu ketika bangsa ini sendiri tidak mengerti makna kemerdekaan, untuk apa ada pahlawan, kita mengklaim indonesia telah merdeka selama 71 tahun tetapi tidak memiliki kedaulatan untuk mengatur negara sendiri.

Contoh paling telanjang seorang habibie yang memiliki kelebihan dan menjadi orang terkemuka di dunia, bahkan beliau sempat menjadi seorang presiden pasca penggulingan orde baru, yang mengumandangkan akan membuat industri penerbangan di asia di indonesia, namun di bajak oleh jerman bahkan beliau sempat untuk di usir dari indonesia hanya karena ketakutan bangsa di asia akan kemajuan dan kemakmuran melalui ide briliannya untuk indonesia, lebih yang menyedihkan ketakutan negara asia yang tidak ingin indonesia maju melalui tangan seorang habibie, justru melalui tangan rakyat indonesia itu sendiri untuk menghancurkannya. Begitu mudahnya lembaga mereka "membajak" pahlawan kita.

Selama ini bangsa indonesia sudah kebanyakan pahlawan, sampai tokoh yang berani menghujat alquran pun dengan kata - kata 'dibohongi pakai surat al-maidah : 51' sebuah kitab suci umat mayoritas indonesia ini yakini umat islam, orang yang semaacam itupun masih di katakan sebagai seorang pahlawan.

Ketika mereka angkat bicara membela sesuatu yang di anggapnya benar untuk umatnya, lagi - lagi mereka justru dikatakan teroris negara, mereka ditangkap layaknya musuh negara, Mengapa tidak sekalian saja kita angkat fir'aun sebagai pahlawan terbesar dunia. Subhanallah , semoga allah selalu melindungi kita.

Selama ini banyak penghianat - penghianat bangsa , antek - antek penjajah, antek - antek komunis masa lalu atau masa kini, ikut - ikutan di angkat sebagai pahlawan, banyak tokoh - tokoh di era Boedi Oetomo dulu, era pergerakan, era kemerdekaan, bahkan era reformasi yang menjadi antek - antek penjajah asing di masukkan sebagai pahlawan, ini sama dengan mewarisi sejarah penipuan secara sistematik.

Bangsa indonesia hari ini hanya kosentrasi menghasilkan nama pahlawan , gelar pahlawan, SK pengangkatan pahlawan, dan lain-lain, tetapi tidak pernah menerbitkan gelar seperti, penghianat bangsa, musuh bangsa, musuh rakyat, penjahat sejarah, mafia hukum, makelar kasus, koruptor bejat, bandit hukum , politisi penipu, dan lain-lain. Yah...mungkin karena ada HAM, demokrasi yang dikatakan sebuah kebebasan namun dibatasi oleh kebebasan itu sendiri, bila dikatakan sebagai penghianat tidak terima justru menjadi tuntutan hukum.

Padahal orang - orang seperti itu lebih banyak berkeliaran di negeri ini sejak dulu hingga kini. Apa gunanya mengangkat beberapa pahlawan satu atau dua orang, sementara pada saat yang bersamaan, ada ribuan orang yang penghianat bangsa sedang bekerja menjual bangsa.

Andaikan masalah gelar pahlawan itu penting bagi negara ini, lalu apa gunanya bagi kehidupan bangsa ketika kemiskinan merajalela? Apakah bisa menghapus korupsi ? menolong orang miskin ? memangkas praktik mafia hukum ? menghentikan penindasan liberalisme atas ekonomi UKM ? lagi-lagi pemberian gelar itu hanya membuang-buang anggaran negara.

Pemberian gelar semacam itu hanya akan semakin melalaikan bangsa indonesia dari kondisi riil yang ada saat ini, malah kita semakin tenggelam dengan nostalgia palsu, masyarakat tidak paham apa itu pahlawan, mereka tidak tahu apa itu perjuangan, mereka tidak tahu apa itu kemerdekaan dan kedaulatan, namun kita terus produktif mencetak nama-nama pahlawan baru.

Sungguh sangat ironis yang luar biasa , ketika tanggal 10 november di peringati sebagai hari pahlawan untuk mengenang sebuah perang besar 10 november 1945, tetap sosok boeng tomo yang berperan sentral dalam perjuangan 10 november 1945 , baru beberapa tahun belakangan ini tepat ditahun 10 november 2008 di akui sebagai pahlawan.

Beliau susah di angkat sebagai pahlawan karena tidak mau memusuhi gerakan DI/TII di jawa barat. Lihat lah betapa bodoh akal kita bangsa ini, kita punya hari pahlawan, akan tetapi selama puluhan tahun tak pernah mengakui kepahlawanan bung tomo, tanya kenapa ??? dulu dan kini kaum kolonialis tidak pernah rela dengan pahlawan islam.

Mereka hanya akan kalau di paksa — paksakan. Kita mungkin bisa saja setuju dengan pemberian gelar pahlawan , asalkan bangsa indonesia mengerti apa itu kemerdekaan dan apa itu penjajahan, siapa pahlawan dan siapa penghianat bangsa, meskipun setiap tahun ada pengangkatan seribu orang pahlawan, tidak akan ada gunanya dan menjadi sebuah kesia-siaan, kita menerbitkan nama pahlawan tetapi hakekatnya tidak ada.

Bangsa ini sudah di karuniakan beragam perbedaan, beragam kepercayaan bagi bangsanya. ISLAM agama yang besar, agama mayoritas bangsa indonesia , dasyat , kekuatan yang tangguh, agama yang besar, tetapi islam di lupakan, di remehkan, di caci maki, di musuhi, untuk sengaja di adu domba dengan agama lainnya yang ingin memecah belah NKRI, di perangi hingga islam di singkirkan dari kehidupan berbangsa dan bernegara.

Islam hanya diberi ruang untuk masalah ibadah ritual, masalah tradisi hari raya, dan masalah adab kesopanan, berbeda dengan Brunei yang bangga menjadikan Islam sebagai kebudayaan nasional mereka, mereka yang membenturkan islam dengan lainnya adalah mereka yang menginginkan NKRI dipecah belah olehnya, padahal toleransi umat beragama di junjung tinggi oleh umat muslim di indonesia.

Secara sadar atau tidak bagi kita bangsa Indonesia, seruan permusuhan kepada Islam, pada hakikatnya hanya menolong tujuan para penjajah dan menghancurkan bangsa sendiri, hanya saja kebanyakan rakyat indonesia tidak menyadarinya.

Lalu, bagaimana para pahlawan ?? apa ada pahlawan di antara kita ?? pasti ada, jika seorang pahlawan itu yang ingin diberi gelar mau sujud sungkem kepada para penjajah dan komunis. Ya... gak ada masalah, karena bangsa ini memang sudah banyak masalah.

Semoga saja rakyat indonesia terbuka matanya , mana pahlawan dan mana penghianat bangsa.

Sebagai penutup, mungkin dulu hingga hari ini saya ingin mengatakan "mungkin pahlawan itu ada hanya bagi para pemenang sejarah, atau pahlawan adalah gelar di peruntukkan untuk menghilangkan nyawa mereka yang berjuang" !!!!.

Follow News : Riau | Kampar | Siak | Pekanbaru | Inhu | Inhil | Bengkalis | Rohil | Meranti | Dumai | Kuansing | Pelalawan | Rohul | Berita Riau

foto

Terkait

Foto

Riau Sambut Hari Anti Korupsi Internasional

Oleh : Bagus SantosoSorotan mata ratusan juta penduduk Indonesia saat ini tersedot tertuju kepada gerakan aksi bela Islam. Kendati demikian…

Foto

Mengupas Aksi 4 November

Oleh: Wira Atma Hajri, S.H., M.H.(Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Riau dan Pengelola UIR Press)Tak ada satu pun peristiwa yang…

Foto

Laboratorium Pariwisata: Mimpi yang Harus Menjadi Nyata

Riau Book - (Pemerintah Provinsi Riau yang sedang fokus membangun pariwisata sebagai sektor unggulan di negeri ini, semoga dapat meraih…

Foto

Bisakah Ahok Dibatalkan Ikut Pilkada? Ternyata Itu Tidak Sederhana

Riau Book - (Aksi besar-besaran 4 November yang baru saja berlalu untuk menuntut Ahok atas dugaan penistaan agama telah mendapat…

Foto

"Melawan Rasa Ketakutan"

Oleh: Bagus SantosoWarga Riau berdomisili di PekanbaruRasa takut itu mengubah menjadi energi pemberani. Aku bersama istri dan anak- anakku menabalkan…

Foto

Disandera Grup WA

Riau Book - Saya ikut di belasan grup WhatsApp. Umumnya adalah grup-grup yang menyatukan kembali keping-keping masa lalu ketika nasib…

Foto

Islam, Syariah, dan Halal

Oleh: Ikhwan Abidin Basri(Anggota Dewan Syariah Nasional)Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari gelombang ekonomi Islam yang terjadi…

Foto

Masjid Istiqlal, Masjid Kemerdekaan

Riau Book - (Masjid Istiqlal akan menjadi titik kumpul bagi massa yang akan turun melaksanakan aksi besar-besaran menuntut Basuki Tjahaja…

Foto

Ahok ! Mereka Tak Tahu

Riau Book - Ibu-ibu Jakarta ini mungkin tak tahu bahwa lelaki yang mereka kerubuti sedang tak disukai. Mereka merangseknya untuk…

Foto

Pensiun

Riau Book - Sejarah mengajarkan, politik itu senantiasa keruh, bahkan cenderung kotor. Tapi sayangnya, ia juga candu yang melenakan. Dihembus-hembus…

Foto

"Aku Khawatir Gara-gara Ahok"

Oleh: Bagus SantosoWarga Kota Pekanbaru, Provinsi Riau.Aku sekeluarga tinggal di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Tidak ada kaitan apalagi kepentingan dengan…

Foto

Orang Makassar

Riau Book - Jangan pernah mencurigai isi pembicaraan dari orang-orang Makassar yang sedang berkumpul rame-rame. Mereka tidak akan pernah serius.…

Foto

Si Petir Dainichi

Riau Book - Inilah Showa yang disebut Mamoru Kodama sebagai "harta karun industri koi". Wajah koi ini berenang di…

Foto

China, Made In China

Riau Book - Mereka memang suka meniru. Menempuh jalan yang sama. Bahkan menjiplak mentah-mentah. Tapi dengan sedikit ubahan, dan menguasai…

Foto

Jalan di Inhil Ini Rawan Kecelakaan, Warga Pinta Pihak Terkait Untuk Memperhatikan

Riau Book - Di simpang tiga Jalan Baharudin Jusuf tepatnya di ujung Jalan Kembang Tembilahan, di sudut belakang Kantor Bupati…

Foto

Islam, Keberagaman, dan Ahok

Oleh: Dahnil Anzar Simanjuntak(Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah)Seorang pria paruh baya mendatangi saya setelah menyampaikan tabligh di salah satu…

Foto

Tak Harus Bilang Cantik

Riau Book - Media sosial menjadikan setiap orang kini adalah penulis. Segala gaya tulisan tersaji seperti aneka hidangan di meja…

Foto

Pungli !

Riau Book - Pada hari ulang tahunnya yang ke-lima-puluh, 20 September 1977, Laksamana Soedomo menerima hadiah kejutan dan dianggapnya begitu…

Foto

Pungli Birokrasi dan Gaya Hidup

Oleh: Bagus Santoso, anggota DPRD Provinsi Riau.Guncangan pungli begitu dahsyatnya. Meluas dan melebar ke penjuru sudut negeri. Selama ini pungli…

Foto

Pesta Jakarta

Riau Book - Sylviana Murni menawarkan buah-buahan di atas meja kepada Ahok. Senyum sang mantan None Jakarta tersungging manis. Ahok…

Pendidikan