RIAUBOOK.COM - Menurut jadwal Komisi Pemilihan Umum (KPU) debat Pilpres perdana pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) bakal digelar pada Selasa (12/12/2023).
Tema yang diangkat dalam debat pertama ini meliputi pemerintahan, hukum, hak asasi manusia (HAM), pemberantasan korupsi, penguatan demokrasi, peningkatan layanan publik, dan kerukunan warga.
Empat rangkaian debat lainnya pun telah disiapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) selama masa kampanye Pemilu 2024. Lantas, seberapa penting debat Pilpres ini akan mengeruk suara bagi paslon? Atau justru membuat paslon ditinggalkan para pemilihnya?
Direktur Eksekutif Indonesian Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengatakan debat ini akan menjadi penting setidaknya bagi dua pasangan, yakni Ganjar Pranowo-Mahfud MD dan Anies Baswedan-Cak Imin. Sebab, kedua pasangan ini belum memiliki suara pemilih yang dominan.
"Yang paling berharap mendapat limpahan suara dari swing voters itu adalah mereka berdua karena mereka belum dominan," kata Dedi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Minggu (10/12) malam.
Apalagi, kata Dedi, jika merujuk pada survei IPO terakhir, masih ada 2,8 persen pemilih yang belum menentukan pilihannya. Selain itu, juga ada sekitar 29,2 persen pemilih yang belum yakin atas pilihannya.
"Artinya masih punya peluang untuk berpindah. Dengan situasi itu saya kira bisa dianggap hampir 30 persen kelompok pemilih yang sebenarnya belum yakin terhadap pilihannya dan ini masih memungkinkan untuk berubah dalam persepsi mereka berkaitan dengan referensi pemilihan," tuturnya.
Dalam survei terbaru Litbang Kompas yang dirilis hari ini, angka pemilih bimbang (undecided voters) mengalami lonjakan signifikan dari beberapa kali survei sebelumnya.
Angka pemilih yang masih ragu untuk menentukan pilihan terhadap capres-cawapres mencapai 28,7 persen dari sebelumnya hanya 15,4 persen. Jumlah itu dinilai tinggi mengingat pemungutan suara hanya tersisa kurang lebih dua bulan pada 14 Februari 2024.
Survei Litbang Kompas: Angka Pemilih Bimbang Melonjak
Litbang Kompas mengungkap para kelompok pemilih bimbang umumnya adalah mereka yang tidak memiliki ikatan ideologis maupun emosional dengan capres maupun cawapres tertentu.
Kelompok ini umumnya diidentifikasi sebagai pemilih Presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin di Pilpres 2019, dan sebagian lagi merupakan kelompok yang tidak menggunakan haknya atau merahasiakan pilihannya.
Dedi pun menyinggung soal pelaksanaan debat Pilkada DKI 2017 yang menurutnya cukup berdampak pada bergesernya suara para pemilih.
"Terjadi perubahan pola pemilih pasca debat kandidat, jadi kalau ini dijadikan sebagai acuan maka perubahan atau dampak terhadap debat itu menjadi signifikan," ucap dia.
Potensi Blunder Prabowo-Gibran
Menurut Dedi debat Pilpres juga bisa menjadi blunder bagi pasangan Prabowo-Gibran jika penampilan nomor urut 2 itu tak sesuai ekspektasi para pemilihnya.
"Debat kandidat justru menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan, kenapa, karena jangan-jangan pasca debat pemilih yang tadinya sudah menentukan pilihan kepada mereka, karena ada satu atau dua hal yang kekeliruan atau hal yang tidak memuaskan bagi publik maka pemilih mereka bisa berkurang," ujarnya.
Karenanya, menurut Dedi, ketiga pasangan harus benar-benar mempersiapkan debat perdana nanti secara matang. Meskipun, konsumen acara debat Pilpres itu adalah para pemilih menengah ke atas.
"Tapi kalau dilihat dari potensi suara yang cukup signifikan, artinya menambah elektabilitas dari kelompok yang tidak dominan ini penting," kata Dedi.
Terpisah, peneliti politik BRIN Wasisto Jati menyampaikan pengaruh debat Pilpres terhadap suara atau elektabilitas paslon, tergantung dari bagaimana debat berjalan. Terutama, bagi pemilih kategori menengah ke atas.
"Artinya kalaupun nanti debat yang dihasilkan itu konstruktif maka akan menarik minat dari pemilih, terutama menengah atas untuk bisa mengevaluasi capaian dari ekspektasi terhadap calon tertentu," ucap Wasisto.
Wasisto menyebut pelaksanaan debat ini tak akan terlalu berdampak signifikan pada elektabilitas maupun raihan suara paslon. Sebab, tak semua kalangan pemilih akan menyimak acara debat tersebut.
Apalagi, lanjut dia, para pemilih yang berasal dari kalangan menengah atau menengah ke bawah. Dibanding menyaksikan adu gagasan dan ide, mereka lebih menunggu solusi konkret yang bisa diberikan para paslon.
"Bagi segmen pemilih menengah atau menengah ke bawah mungkin debat itu tidak terlalu penting karena memang yang mereka lihat kan bukan pertarungan ide sehingga nanti bisa dihasilkan konklusi, tapi kalau pemilih dengan latar belakang menengah atau menengah ke bawah itu langsung mengarah pada intinya atau to the point," tutur Wasisto.
Kendati demikian, Wasisto mengamini jalannya debat Pilpres nanti bisa berpengaruh pada migrasi suara para pemilih yang belum menentukan pilihannya. Namun, kata dia, lagi-lagi hal ini akan tergantung bagaimana para paslon beradu gagasan dan ide saat debat.
"Tergantung pada jalannya debat nanti dan substansi narasi yang disampaikan tiap paslon, kalau itu mereka rasa representatif dan realistis, tentu ada potensi migrasi suara tambahan," kata Wasisto.
(cnn)
Ultimatum Virus Akalbudi
Oleh Chaidir (Ketum FKPMR) TAHUN 1445 Hijriyah tenggelam dalam tidurnya yang abadi. Selamanya akan berada dalam…