RIAUBOOK.COM - Mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Pekanbaru, M Noer, mengajukan gugatan praperadilan ke pengadilan usai jadi tersangka kasus dugaan perusakan sawit.

Kasus yang menjerat pria yang juga pernah menjabat Ketua PMI Kota Pekanbaru itu, ditangani oleh penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Riau.

Selain M Noer, penyidik juga menetapkan satu orang lainnya yaitu Joko Subagyo sebagai tersangka.

Kasus pengrusakan ini dilaporkan oleh warga bernama Sidik.

Kuasa Hukum M Noer, Yusril Sabri menilai penetapan tersangka atas kliennya tersebut tergolong prematur.

Menurutnya, penetapan tersangka belum memenuhi alat bukti yang cukup.

Diungkapkan Yusril, awalnya kliennya M Noer membeli 20 hektar tanah di Kelurahan Lembah Damai, Rumbai pada tahun 2003 dari seseorang bernama Sudirman.

Kemudian, pelapor diketahui juga membeli tanah kepada Sudirman pada tahun 2005.

"Karena merasa objek tanah yang sama tersebut dijual dua kali, begitu kan, pelapor ini melaporkan saudara Sudirman. Sampai ke Mahkamah Agung diputus bahwa Sudirman tidak bersalah. Karena dasarnya objek tanah yang dijual berbeda," kata Yusril, Selasa (22/8/2023).

Pelapor lalu mengajukan gugatan secara perdata atas objek lahan tersebut. Ternyata gugatan tersebut dimenangkan oleh pelapor sampai ke tingkat Mahkamah Agung.

"Untuk gugatan ini, klien kami sudah mengajukan Peninjauan Kembali (PK) kedua dan sampai saat ini masih berproses," ucap Yusril.

Terkait dugaan pidana perusakan yang menjerat M Noer, Yusril menjelaskan peristiwa tersebut bermula pada 12 Agustus 2021.

Dimana ada orang suruhan pelapor datang ke tanah yang berperkara untuk mengeksekusi objek tanah dengan dasar putusan pengadilan yang memenangkan gugatan pelapor.

Saat itu, sebanyak 200 batang pohon sawit milik M Noer yang sudah ditanam sejak tahun 2005 ditebang.

Keesokan harinya, tanggal 13 Agustus 2021, M Noer mengetahui adanya akvititas di lahan yang juga diklaimnya tersebut. Ia kemudian mencoba menghentikan.

Saat itu, para pekerja yang sedang beraktivitas dengan alat berat, menuruti permintaan M Noer dan menata kembali lahan seperti sedia kala.

"Besoknya pada tanggal 14 Agustus 2021, baru pihak pelapor datang dan menanam pohon sawit berumur kurang dari 1 tahun sebanyak 70 batang.

Oleh pegawai bapak M Noer batang itu dicabut. Pencabutan itulah yang dilaporkan sehingga menyebabkan klien kami sebagai tersangka pada 31 Juli 2023," jelas Yusril.

Atas penetapan tersangka ini pihaknya kata Yusril merasa keberatan. Karena ada beberapa poin yang dinilai tidak sesuai dengan aturan yang berlaku.

Dijelaskan dia, bahwa objek lahan yang berperkara sampai saat ini belum diserahterimakan oleh pengadilan kepada pelapor usai memenangkan gugatan.

Padahal, penyerahan itu diatur dalam Standar Operasi Prosedur (SOP) eksekusi lahan oleh pengadilan.

Ia juga mempertanyakan soal hak kepemilikan oleh pelapor. Secara hukum, menurut dia sampai saat ini kepemilikan lahan belum beralih kepada pelapor.

"Belum diserahkan pengadilan. Dia masih menang di atas kertas. Belum dialihkan haknya kepada pelapor sehingga belum punya kekuatan hukum," ucap Yusril.

Atas dasar itulah pihaknya pada 9 Agustus 2023 mengajukan gugatan pra peradilan ke Pengadilan Negeri Pekanbaru. (tribun)