RIAUBOOK.COM - Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Riau, M.Lutfi, menjelaskan, saat ini terdapat empat perusahaan perbankan BUMN yang telah mendarat pada bursa saham internasional.
Keempat perusahaan itu adalah Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara (BTN), dan Bank Mandiri.
Pertumbuhan Pesat
BNI telah melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BBNI (IPO)Â pada tahun 1996 dengan pertumbuhan usaha yang kian pesat.
Saat ini BNI telah memiliki 195 kantor cabang, 1.097 kantor layanan serta 874 outlet lainnya. Selain itu, jaringan Bank BNI juga memiliki 5 kantor cabang luar negeri yaitu Singapura, Hong Kong, Tokyo, London dan Seoul serta 1 kantor perwakilan di New York, Amerika Serikat.
Sementara BRI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BBRI (IPO) pada tanggal 31 Oktober 2003.
Ketika itu, IPO BBRI menawarkan kepada masyarakat sebanyak 3.811.765.000 saham dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp875,- per saham.
Selanjutnya, opsi pemesanan lebih sejumlah 381.176.000 lembar saham dan opsi penjatahan lebih sejumlah 571.764.000 lembar saham masing-masing dengan harga Rp875,- setiap lembar saham telah dilaksanakan masing-masing pada tanggal 10 November 2003 dan 3 Desember 2003.
Setelah IPO BRI dan opsi pemesanan lebih dan opsi penjatahan lebih dilaksanakan oleh Penjamin Pelaksana Emisi, Negara Republik Indonesia memiliki 59,50% saham di BRI. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10 November 2003.
Saat ini BRI memiliki 10 anak usaha yaitu Bank Raya Indonesia Tbk / AGRO Bank Raya (86,85%), BRI Remittance Co. Ltd. Hong Kong (100,00%), PT Asuransi BRI Life (BRI Life) (dahulu PT Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera atau Bringin Life) (59,02%), PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance) (99,88%), PT BRI Danareksa Sekutitas (BRI DS) (dahulu PT Danareksa Sekuritas) (67,00%), PT BRI Ventura Investama (BRI Ventures) (99,97%), PT BRI Asuransi Indonesia (BRI Insurance) (90,00%), PT Pegadaian (99,99%), PT Permodalan Nasional Madani (99,99%) dan PT Danareksa Investment Management (65,00%).
Selanjutnya Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (Bank BTN) (BBTN) yang didirikan sejak 9 Februari 1950 dengan nama awal 'Bank Tabungan Pos'.
BBTN memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BBTN (IPO) pada tanggal 8 Desember 2009.
Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 17 Desember 2009.
Saat ini Bank BTN memiliki 108 kantor cabang (termasuk 29 kantor cabang syariah), 401 cabang pembantu (termasuk 61 kantor cabang pembantu syariah), 210 kantor kas (termasuk 7 kantor kas syariah), dan 2.989 SOPP (System on-line Payment Point/Kantor Pos on-line).
Bank BUMN terakhir yang telah melantai di bursa efek adalah Bank Mandiri.
Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) didirikan pada 2 Oktober 1998 dan mulai beroperasi pada tanggal 1 Agustus 1999.
Bank Mandiri didirikan melalui penggabungan usaha PT Bank Bumi Daya (Persero) (BBD), PT Bank Dagang Negara (Persero) (BDN), PT Bank Ekspor Impor Indonesia (Persero) (Bank Exim) dan PT Bank Pembangunan Indonesia (Persero) (Bapindo).
BMRI memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BMRI (IPO) pada tanggal 23 Juni 2003. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 14 Juli 2003.
Saat ini Bank Mandiri mempunyai 12 kantor wilayah domestik, 138 kantor bank, dan 2.225 kantor cabang pembantu, dan 6 cabang luar negeri yang berlokasi di Cayman Islands, Singapura, Hong Kong, 2 kantor cabang di Dili Timor Leste, Shanghai (Republik Rakyat Cina) dan 1 kantor remittance yang berlokasi di Hong Kong.
Selain perbankan BUMN, IPO juga dilakukan oleh sejumlah perusahaan perbankan BUMD.
Ketua OJK Riau, M Lutfi menjelaskan, saat ini terdapat tiga Bank BUMD yang telah melantai di bursa saham atau 'go public'.
"Tiga bank BUMD itu yakni Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jabar, BPD Banten, dan BPD Jatim," kata Lutfi.
Lutfi menjelaskan, tindakan pengawasan OJK terhadap bank BUMN dan BUMD yang sudah IPO sama halnya seperti pengawasan terhadap bank yang belum IPO.
"Dengan kehadiran OJK, pengawasan bank saat ini sudah terintegrasi, dari sisi perbankan dan pasar modal OJK melakukan fungsi pengawasan secara menyeluruh," katanya.
Dengan demikian, jika perusahaan jasa keuangan atau perbankan saja berhasil menuai hasil positif dari pelaksanaan IPO, maka menurut Lutfi perusahaan-perusahaan BUMN lainnya termasuk anak-anak usaha Pertamina juga bisa melakukan hal yang sama.
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan bagi emiten untuk melaksanakan IPO atau penawaran umum karena justru akan memberi dampak positif bagi perkembangan usaha atau bisnis," demikian Lutfi. (fzr)
Ultimatum Virus Akalbudi
Oleh Chaidir (Ketum FKPMR) TAHUN 1445 Hijriyah tenggelam dalam tidurnya yang abadi. Selamanya akan berada dalam…