Dakwah Jumat

Islam Penggerak Perjuangan

Oleh: Muhammad Yuanda Zara

(Sejarawan, PhD di Universiteit van Amsterdam)

Bagi bangsa Indonesia, bulan November adalah bulan kepahlawanan, yang diperingati untuk mengenang perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajahan asing di Surabaya. Dalam berbagai literatur akademik ataupun populer serta bahan ajar di sekolah, revolusi Indonesia dianggap digerakkan oleh gagasan nasionalisme, bahwa bangsa Indonesia ingin merdeka dari cengkeraman bangsa asing.

Retorika religius, dalam hal ini Islam, tampak minimal, kalau tidak terpinggirkan. Kalaupun ada, baru belakangan ini muncul ide bahwa perjuangan kemerdekaan dilandasi oleh Resolusi Jihad, 22 Oktober 1945 (setelah kritik van Bruinessen [1994: 59] dua dekade silam tentang kurangnya kesadaran sejarawan mengupas resolusi ini). Atensi kepada resolusi ini adalah perkembangan positif dalam historiografi, tetapi di sisi lain juga terlalu menyederhanakan peran Islam di dalam revolusi karena resolusi ini, terutama terbatas hanya pada pertempuran Surabaya bulan Oktober-November 1945. Selama revolusi tahun 1945-1949, melalui pengamatan saya terhadap berbagai sumber primer, baik surat kabar, pamflet, maupun booklet yang terbit semasa revolusi, jelas bahwa ada banyak ide yang bersumber dari Islam, yang dikemukakan untuk menyokong kemerdekaan dan menggerakkan partisipasi rakyat.

Saya akan mengupas beberapa di antaranya, yang ditinjau dari segi tematis dan kronologis. Sebelum dapat meyakinkan umat Islam untuk berjihad melawan Belanda-Inggris, mereka perlu diyakinkan bahwa mereka berkorban untuk sesuatu yang mulia. Maka, jauh sebelum gagasan jihad melawan Belanda-Inggris muncul via Resolusi Jihad, gagasan berlandaskan Islam yang pertama muncul setelah proklamasi kemerdekaan adalah kemerdekaan bukan saja dipandang sebagai hak segala bangsa, melainkan juga sebagai bagian dari anugerah Allah. Para pemimpin Republik, dalam hitungan hari setelah proklamasi, menyebut bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan "nikmat Tuhan" dan "pemberian Ilahi". Lima hari setelah Sukarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, koran Surabaya, Soeara Asia, menurunkan artikel berjudul "Allahu Akbar! Seroean Menjamboet Indonesia Merdeka". Di sana diungkapkan bagaimana para guru Indonesia di Surabaya bersyukur kepada Allah atas kemerdekaan yang telah diraih.

Kedua, soal kepemimpinan Muslim di sebuah negara yang tidak barasaskan Islam. Di sinilah lahir ide bahwa kemerdekaan Indonesia diproklamasikan dan dipertahankan oleh para pemimpin yang berlatar belakang Islam, sehingga mereka pantas didukung oleh umat Islam Indonesia. Anggota KNI Semarang, A Gaffar Ismail (lulusan Thawalib Bukittinggi, anggota PERMI, ayah penyair Taufiq Ismail) menyatakan dalam sebuah pidato di depan para tokoh Muhammadiyah dan NU di Semarang pada awal September 1945, sebagaimana dilaporkan koran Sinar Baroe, bahwa kemerdekaan Indonesia pada hakikatnya merupakan keinginan umat Muslim Indonesia sejak lama, karena kemerdekaan ini juga berarti kemerdekaan dalam menjalankan kewajiban agama Islam. Ia juga memberi contoh, dalam pembukaan UUD 1945 telah ditegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia diraih "atas berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa". Ismail menilai, frasa ini menunjukkan bahwa hukum Islam dimuliakan dan ditinggikan dalam negara Indonesia merdeka.

Lalu, apa konsekuensinya? Menurut Ismail, itu artinya umat Islam Indonesia mesti mendengarkan dan mengikuti anjuran serta perintah para pemimpin Indonesia, terutama Sukarno dan Hatta. Dua pemimpin pemerintahan ini oleh Ismail dipandang sebagai "ulil amri" (pemimpin) yang "datang dari golonganmu [Muslim]", sehingga patut diikuti.

Setelah beberapa gagasan di atas tersebar ke dan diserap oleh umat Islam, barulah ide tentang jihad lahir. Dengan demikian, bisa segera mendapat sambutan luas. Salah satunya via Resolusi Jihad. Namun, resolusi ini bukan yang pertama dan satu-satunya. Ide tentang umat Islam harus berkorban dalam mempertahankan kemerdekaan sudah muncul sejak Agustus 1945, dan terus direproduksi sesudahnya.

Semaoen Bakry, mantan anggota Djawa Hookookai kemudian menjadi anggota KNIP, pada 30 Agustus 1945 menulis artikel berjudul "Hikmat Pengorbanan" di Asia Raya. Ia menceritakan satu kisah perjalanan Nabi Musa dan gurunya, Chaidir. Bakry lalu mengaitkan kisah ini dengan kemerdekaan Indonesia, yakni (1) diperlukan pengorbanan sedikit harta benda untuk melindungi yang sebagian besarnya, (2) diperlukan pengorbanan beberapa jiwa guna melindungi masyarakat yang lebih luas, dan (3) diperlukan merenovasi sesuatu yang rusak demi mengamankan isinya yang berharga. Dus, Bakry meminta masyarakat, khususnya umat Muslim, untuk berkorban demi eksistensi Republik.

Soal pengorbanan dari umat Islam ini, pada awal November 1945, seorang tokoh Masyumi di Jakarta juga menyatakan bahwa orang Islam Indonesia yang meninggal dalam pertempuran melawan Jepang dan Belanda-NICA "dengan niat mempertahankan agama dan negara", maka ia "menoeroet hoekoem agama adalah mati sjahid " dan dimakamkan sebagai syuhada. (Soeara Rakjat, 8 November 1945).

Keempat, ide perihal persaudaraan Islam internasional. Ini adalah ide yang mampu menggerakkan berbagai elemen di Dunia Arab, mulai dari politisi Mesir, pejabat Liga Arab, wartawan, hingga warga biasa menyatakan dukungannya kepada Republik. Salah satu yang paling awal dan patut dicatat ialah sebuah pertemuan tanggal 16 Oktober 1945 di Kairo antara para pendukung Republik dan orang-orang yang simpatik baik dari Mesir, antara lain Sekjen Liga Arab Salahuddin Pasha dan mantan menhan Mesir Saleh Harb Pasha, dan negara-negara lain, seperti Aljazair, Lebanon, Iran, dan Cina. Seorang perwakilan Indonesia yang memberikan pidato menggarisbawahi bahwa Islam merupakan faktor penggerak, yang paling menentukan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Menurut dia, zaman gemilang Islam di Indonesia ditandai oleh kelahiran para "pahlawan Islam Indonesia" yang melawan Portugis dan Belanda. Rapat tersebut melahirkan Lajnatud Difa'i 'an Indonesia (Komite Pembela Indonesia). Dalam berbagai kampanyenya, Komite menekankan "hubungan kemanusiaan dan ukhuwah Islamiah" antara Mesir dan Indonesia.

Dari tinjauan singkat di atas, dapat disimpulkan bahwa ide-ide yang berakar dari Islam merupakan motor yang mampu menggerakkan partisipasi rakyat masa revolusi. Berbagai ide tersebut diinterpretasikan dalam konteks kemerdekaan politik yang sesuai dengan jiwa zamannya. Kemerdekaan bukan hanya berarti bahwa secara administratif dan fisik lepas dari penjajah, tapi lebih jauh lagi, punya makna spiritual pula, sehingga patut disyukuri dan dibela. Ada berbagai macam gagasan yang bersumber dari Islam yang telah mewarnai revolusi kemerdekaan Indonesia, yang dikampanyekan oleh tokoh-tokoh Islam dari latar belakang berbeda, dengan efek yang hebat, dan kesemuanya ini patut diakui, serta dieksplorasi dan direfleksikan lebih lanjut. (republika)

Follow News : Riau | Kampar | Siak | Pekanbaru | Inhu | Inhil | Bengkalis | Rohil | Meranti | Dumai | Kuansing | Pelalawan | Rohul | Berita Riau

foto

Terkait

Foto

Jakarta tanpa Spanduk Kampanye

Riau Book - Dalam setiap pemilihan, baik pemilihan umum maupun Pemilihan Kepala Daerah, alat peraga kampanye berupa spanduk, poster dan…

Foto

Donald Trump Balikkan Keadaan di AS, Bagaimana dengan Ahok di Jakarta?

Riau Book - (Berbagai survei yang dilakukan di Amerika Serikat untuk mengetahui pilihan masyarakat akan pilihan mereka terhadap presiden pengganti…

Foto

Islam dan Negara (1)

Oleh: Wira Atma Hajri, S.H., M.H.(Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Riau/Pengelola UIR Press)Pembicaraan mengenai hubungan Islam dan negara selalu menarik…

Foto

Melihat Kontribusi BUMD Riau

Oleh : Bagus Santoso(Anggota DPRD Riau dari Fraksi Partai PAN)Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), keberadaaanya memang penuh dinamika. Dari masalah…

Foto

Bukan Hanya Ahok, Sutiyoso Juga Pernah Dimusuhi Saat Jadi Gubernur DKI Jakarta

Riau Book - akarta di masa berjayanya media sosial adalah akuarium raksasa dengan lampu merkuri: semua kejadian dan cerita di…

Foto

Menggugat Gelar Kepahlawanan

Oleh : Andi Rony SaputraSetiap tahun kita mengenang jasa para pahlawan, setiap tanggal 10 november kita mengenang sebuah sejarah besar…

Foto

Riau Sambut Hari Anti Korupsi Internasional

Oleh : Bagus SantosoSorotan mata ratusan juta penduduk Indonesia saat ini tersedot tertuju kepada gerakan aksi bela Islam. Kendati demikian…

Foto

Mengupas Aksi 4 November

Oleh: Wira Atma Hajri, S.H., M.H.(Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Riau dan Pengelola UIR Press)Tak ada satu pun peristiwa yang…

Foto

Laboratorium Pariwisata: Mimpi yang Harus Menjadi Nyata

Riau Book - (Pemerintah Provinsi Riau yang sedang fokus membangun pariwisata sebagai sektor unggulan di negeri ini, semoga dapat meraih…

Foto

Bisakah Ahok Dibatalkan Ikut Pilkada? Ternyata Itu Tidak Sederhana

Riau Book - (Aksi besar-besaran 4 November yang baru saja berlalu untuk menuntut Ahok atas dugaan penistaan agama telah mendapat…

Foto

"Melawan Rasa Ketakutan"

Oleh: Bagus SantosoWarga Riau berdomisili di PekanbaruRasa takut itu mengubah menjadi energi pemberani. Aku bersama istri dan anak- anakku menabalkan…

Foto

Disandera Grup WA

Riau Book - Saya ikut di belasan grup WhatsApp. Umumnya adalah grup-grup yang menyatukan kembali keping-keping masa lalu ketika nasib…

Foto

Islam, Syariah, dan Halal

Oleh: Ikhwan Abidin Basri(Anggota Dewan Syariah Nasional)Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari gelombang ekonomi Islam yang terjadi…

Foto

Masjid Istiqlal, Masjid Kemerdekaan

Riau Book - (Masjid Istiqlal akan menjadi titik kumpul bagi massa yang akan turun melaksanakan aksi besar-besaran menuntut Basuki Tjahaja…

Foto

Ahok ! Mereka Tak Tahu

Riau Book - Ibu-ibu Jakarta ini mungkin tak tahu bahwa lelaki yang mereka kerubuti sedang tak disukai. Mereka merangseknya untuk…

Foto

Pensiun

Riau Book - Sejarah mengajarkan, politik itu senantiasa keruh, bahkan cenderung kotor. Tapi sayangnya, ia juga candu yang melenakan. Dihembus-hembus…

Foto

"Aku Khawatir Gara-gara Ahok"

Oleh: Bagus SantosoWarga Kota Pekanbaru, Provinsi Riau.Aku sekeluarga tinggal di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Tidak ada kaitan apalagi kepentingan dengan…

Foto

Orang Makassar

Riau Book - Jangan pernah mencurigai isi pembicaraan dari orang-orang Makassar yang sedang berkumpul rame-rame. Mereka tidak akan pernah serius.…

Foto

Si Petir Dainichi

Riau Book - Inilah Showa yang disebut Mamoru Kodama sebagai "harta karun industri koi". Wajah koi ini berenang di…

Foto

China, Made In China

Riau Book - Mereka memang suka meniru. Menempuh jalan yang sama. Bahkan menjiplak mentah-mentah. Tapi dengan sedikit ubahan, dan menguasai…

Pendidikan